Selasa, 02 November 2010

PTK


BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang Masalah
  1. Kondisi awal
Dalam upaya meningkatkan keberhasilan mengajar merupakan tantangan yang selalu dihadapi oleh setiap orang yang berkecimpung dalam profesi keguruan dan kependidikan. Banyak upaya telah dilakukan, banyak pula keberhasilan yang telah dicapai, meskipun disadari bahwa apa yang telah dicapai masih jauh dari taraf kesempurnaan, sehingga menuntut renungan, pemikiran, dan kerja keras untuk memecahkan masalah yang dihadapi
Salah satu tolak ukur untuk menilai keberhasilan mengajar menggunakan hasil yang dicapai siswa itu dalam belajar. Meskipun saat ini alat untuk menilai itu belum diketahui tingkat keobyektifannya, tingkat ketetapan umumnya prestasi yang dicapai siswa itu didasarkan pada penilaian sebagaimana adanya, member petunjuk bahwa guru dituntut untuk lebih meningkatkan hasil belajar siswa.
Upaya untuk meningkatkan prestasi siswa diantaranya dapat dilakukan melalui upaya perbaikan proses pengajaran. Dalam perbaikan itu, guru harus mencari strategi yang dipandang tepat dan baik dalam membelajkan siswa melalui proses pengajaran sehingga hasil yang dicapai maksimal dan sesuai dengan apa yang diharapkan.
Kegiatan proses belajar mengajar merupakan kegiatan inti dalam proses pendidikan formal di sekolah. Kegiatan tersebut merupakan interaksi antara berbagai unsure pengajaran. Bila ditelusuri secara mendalam, maka unsure pengajaran itu dikelompokan kedalam tiga kategori utama, yaitu guru, isi atau materi pelajaran, dan siswa. Interaksi antara ketiga unsur itu melibatkan sarana prasarana, seperti metode, media, dan penataan lingkungan tempat belajar sehingga tercipta suasana belajar mengajar yang memungkinkan untuk tercapainya tujuan yang diinginkan. Dengan demikian guru yang memegang peranan penting dalam hal ini setidaknya harus menjalankan tiga macam tugas utama, yaitu: (1) merencanakan pengajaran, (2) melaksanakan pengajaran, (3) memberi balikan (Ali, 1988: 10)
Ketiga tugas yang seharusnya dilakukan guru sebagaimana dijelaskan di atas merupakan suatu kesatuan yang terpadu, yang mencerminkan kepada strategi yang dijalankan pada proses pembelajaran. Oleh karena itu proses pembelajaran adalah siswa belajar, maka dalam menentukan strategi fokus perhatian guru adalah pada upaya membelajrkan peserta didik. Adapun timbulnya permasalahan dalam proses belajar mengajar bisaanya datang dari pengajar dan peserta didik. Meskipun usaha guru telah berupaya dan maksimal tetapi hasil yang dicapai belum optimal karena ada saja peserta didik yang belum dapat mencapai nilai yang sesuai dengan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang ditentukan. Oleh karena itu guru dengan berbagai pertimbangan kerap sekali disulitkan untuk memilih metode dan penggunaan media pembelajaran yang lebih efektif sehingga hasil yang dicapai sesuai dengan yang ditargetkan dalam Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). Dalam hal ini masih ada siswa yang mendapatkan nilai kurang pada buku laporan pendidikan, sehingga perlu diadakan perbaikan – perbaikan studi pembelajaran untuk tercapainya tujuan pendidikan nasional.

  1. Identifikasi Masalah
a.    Masih ada siswa yang tidak memusatkan perhatiannya waktu proses belajar mengajar
b.   Kemampuan berpikir siswa dalam menyelesaikan soal, rendah
c.    Siswa malas
d.   Siswa tidak dapat menggunakan bekal ilmu pengetahuan yang telah dimilikinya yang dapat membantu terhadap proses belajar mengajar
e.    Dari hasil evaluasi belajar sekitar 15 orang siswa atau 55,55 % dari 27 orang siswa yang memperoleh nilai 80 ke atas

  1. Analisis Masalah
a.       Materi pelajaran kurang dikuasai anak
b.      Guru terlalu cepat dalam menjelaskan materi pelajaran
c.       Perhatian siswa kurang terpusat
d.      Guru kurang relevan dalam menggunakan metode pembelajaran

B.     Rumusan Masalah
1.      Bagaimana Penggunaan Metode Percobaan dengan Media Langsung pada Pembiasan Cahaya untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Materi Pelajaran IPA Tentang Cahaya dan Sifatnya Di Kelas V Sekolah Dasar Negeri Margalaksana III ?
  1. Bagaimana Penggunaan Metode Tanya Jawab pada Konsep Menghargai Jasa Tokoh dalam Mempersiapkan Kemerdekan untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa di Kelas V Sekolah Dasar Negeri Margalaksana III ?

C.    Tujuan Penelitian Perbaikan Pembelajaran
1.    Untuk mengetahui Penggunaan Metode Percobaan dengan Media Langsung pada Pembiasan Cahaya untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Materi Pelajaran IPA Tentang Cahaya dan Sifatnya di Kelas V Sekolah Dasar Negeri Margalaksana III.
2.    Untuk mengetahui Penggunaan Metode Tanya Jawab pada Konsep Menghargai Jasa Tokoh dalam Mempersiapkan Kemerdekan untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa di kelas V Sekolah Dasar Negeri Margalaksana III ?

D.      Manfaat Penelitian Perbaikan Pembelajaran
Hasil yang diperoleh dari penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi berbagai kalangan, diantaranya :
1.    Bagi Guru
a.    Guru dapat mengetahui media mengajar yang lebih tepat untuk meningkatkan prestasi siswa dalam pembelajaran IPA
b.    Guru dapat mengetahui cara yang tepat Penggunaan Metode Tanya Jawab pada Konsep Menghargai Jasa Tokoh dalam Mempersiapkan Kemerdekan untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Materi Pelajaran IPS Bab Persiapan Kemerdekaan Indonesia di kelas V Sekolah Dasar Negeri Margalaksana III
2.    Bagi Siswa
a.    Perkembangan belajar siswa lebih diperhatikan
b.     Minat dan prestasi siswa dalam belajar lebih meningkat
c.    Siswa merasa belajarnya lebih bermakna
3.    Bagi Sekolah
Hasil penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan prestasi sekolah dengan adanya peningkatan kemampuan dan prestasi siswa dalam setiap pembelajarannya di sekolah.


















BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A.      Pembelajaran IPA di SD
Dewasa ini telah dilakukan berbagai upaya perbaikan dan peningkatan mutu pembelajaran IPA di sekolah. Salah satu pembelajaran yang ditawarkan untuk meningkatkan mutu pembelajaran IPA Sekolah Dasar adalah  media pembelajaran yang didasarkan pada media pembelajaran yang didasarkan pada pandangan konstruktivisme. Media pembelajaran IPA yang dikembangkan berdasarkan pandangan konstruktivisme ini memperhatikan dan mempertimbangan pengetahuan awal siswa yang mungkin diperoleh di luar sekolah. Disarankan oleh Bell (1993: 16) agar pengetahuan siswa yang diperoleh dari luar sekolah dipertimbangkan sebagai pengetahuan awal dalam sasaran pembelajaran, karena sangat mungkin terjadi miskonsepsi. Sebaliknya apabila guru tidak mempedulikan pengetahuan awal siswa, besar kemungkinan miskonsepsi yang terjadi akan semakin kompleks.
Menurut pandangan konstruktivisme dalam proses pembelajaran IPA seyogyanya disediakan serangkaian pengalaman berupa kegiatan nyata yang rasional atau dapat dimengerti siswa dan memungkinkan interaksi sosial. Menurut Westbrook dan Rogers (Ahmad, 1994: 2) jenis program pembelajaran yang ditetrapkan mempengaruhi kemampuan penalaran siswa. Komponen utama yang secara langsung membentuk media pembelajaran adalah :” materi subjek yang dibahas, guru pengajar, tahap berpikir siswa sebagai subjek belajar, pendekatan dan metode, serta alat evaluasi yang digunakan”. Terdapat beberapa hal yang perlu ditekankan dalam konstruktivisme, yaitu :
1.    Peran aktif siswa dalam mengkonstruksi pengetahuan secara bermakna.
2.    Pentingnya membuat kaitan antara gagasan oleh siswa dalam mengkonstruksi pengetahuan.
3.    Mengaitkan gagasan siswa dengan informasi baru di kelas.
        (Tasker, 1992: 30)

Dikenal beberapa media pembelajaran yang dilandasi oleh konstruktivisme yaitu :
1.      Media pembelajaran interaktif
Media ini dirancang agar siswa akan bertanya dan kemudian menemukan jawaban mereka sendiri (Faire dan Cosgrove dalam Harlen, 1992: 102). Guru perlu mengambil langkah khusus untuk mengumpulkan, memilah, dan mengubah pertanyaan – pertanyaan tersebut ke dalam kegiatan – kegiatan khusus. Pembelajarn interaktif merinci langkah – langkah dan menampilkan suatu struktur untuk suatu pelajaran IPA yang meibatkan pengumpulkan terhadap pertanyaan – pertanyaan siswa sebagai pusatnya (Harlen, 1992: 48–50)
Kelebihan dari media pembelajaran interaktif adalah siswa belajar mengajukan pertanyaan, mencoba merumuskan pertanyaan, dan mencoba menemukan jawaban terhadap pertanyaannya sendiri dengan melakukan kegiatan (observasi, penyelidikan). Dengan cara seperti siswa menjadi kritis dan aktif belajar
2.      Media pembelajaran terpadu ( Integrated )
Pembelajaran terpadu dapat dibedakan menjadi tiga bagian, yaitu : media dalam satu disiplin ilmu, media antar bidang, dan media dalam lintas siswa. Suatu pola belajar mengajar dalam media pembelajaran terpadu menggunakan paying untuk memadukan beberapa konsep IPA yang terkait menjadi satu paket pembelajaran, sehingga pemisahan antara konsep tidak begitu jelas. sifat media pembelajaran terpadu semacam itu termasuk media connected (Fogarty, 1991: 55).
Sedikitnya terdapat empat kriteria yang harus dipertimbangkan dalam pengembangan pembelajaran terpadu berkenan dengan perkembangan anak
(1) kebutuhan anak, (2) karakteristik mata pelajaran, (3) lingkungan sebagai sarana belajar (4) masing – masing criteria memberikan sumbangan tersendiri.pendekatan lingkungan dapat digunakan dalam pembelajaran, terutama dalam pembelajaran IPA. Melalui lingkungan yang dijadikan sarana dan sumber belajar hendaknya siswa lebih mencintai lingkungan sekitarnya.
Kebaikan pembelajaran terpadu (Integrated) yaitu siswa diajak untuk mengamati gejala alam sebagaimana adanya, tidak dipilah – pilah menurut biologi atau fisiska, juga tidak dibedakan hal – hal lain yang menyebabkan siswa melihatnya secara terkkotak – kotak.
Melalui pembelajaran siswa diajak untuk melakukan pengelompokan hal yang teramati oleh mereka.  
3.      Media pembelajaran siklus belajar (Learning Cycle)
Media siklus belajar pertama kali dikembangkan pada tahun 1970 dalam SCIS (Science Curriculum Improvement Study), suatu program pengembangan pendidikan Sains di Amerika Serikat. Pelaksanan siklus belajar terdiri atas tiga fase, yaitu : eksplorasi, pengenalan konsep, dan penerapan konsep.
Kebaikan pembelajaran siklus belajar (Learning Cycle) jumlah tahapan yang tiga itu sederhana dan mudah diingat.
4.      Media pembelajaran belajar IPA atau CLIS (  Children Learning In Science )
Media CLIS dikembangkan oleh kelompok Children Learning In Science di Inggris dipimpin oleh driver (1988, Tytler 1996)
Media Children Learning In Science terdiri dari lima tahap utama, yakni :
(a) orientasi orientation, (b) pemunculan gagasan atau  elicitation of ideas,  (c) Penyusunan ulang gagasan atau restructuring of ideas, (d) penerapan gagasan atau  application of ideas,  (e) tahap penyusunan ulang gagasan
Dari berbagai media pembelajaran, media pembelajaran kognitif sangat cocok untuk pembelajaran IPA khususnya media pembelajaran yang berlandaskan konstruktivisme yang memiliki karaktersitik tertentu, dan semuanya melibatkan proses berpikir.

B.       Metode
Metode merupakan kumpulan sejumlah tekhnik, taktik, atau cara kerja dalam menyampaikan materi guna mencapai tujuan yang telah dirumuskan. Selain memahami pendekatan mengajar, guru juga dituntut untuk menguasai berbagai metoda mengajar (Nurhadi 1996: 16)
Selain memahami pendekatan mengajar, guru juga dituntut untuk menguasai berbagai metoda mengajar. Metoda merupakan kumpulan sejumlah tekhnik,taktik dan cara kerja dalam menyampaikan materi guna mencapai tujuan yang telah dirumuskan.
Metode menurut Sudjana (1998: 76), metode adalah :
“Cara yang dipergunakan guru dalam mengadakan hubungan dengan siswa pada saat berlangsungnya pengajaran, dan diharapkan tumbuh berbagai kegiatan belajar siswa sehubungan dengan kegiatan mengajar guru”.
Metode yang digunakan guru dalam interaksi belajar mengajar merupakan salah satu faktor yang menentukan keberhasilan dan kelancaran proses belajar mengajar, Oleh sebab itu metoda mengajar yang digunakan hendaknya disesuaikan dengan keperluan dan situasi yang sedang berlangsung
Seperti halnya suatu organisasi, mengajar membutuhkan penggunaan metoda yang tepat dan demokratis

C.      Metode Percobaan
Menurut Nurhadi (1998: 201) yang di maksud dengan Metode Percobaan ialah metode mengajar dengan menggunakan peragaan untuk memperjelas suatu pengertian atau untuk memperlihatkan bagaimana berjalannya suatu proses pembentukan tertentu pada siswa

D.      Metode Tanya Jawab
Metode Tanya jawab merupakan suatu metoda yang dilaksanakan dengan mengadakan tanya jawab tentang pelajaran yang telah diberikan dengan tujuan agar setiap siswa berpartisipasi secara aktip
Dalam proses belajar mengajar, bertanya mememgang peranan yang sangat penting, sebab pertanyaan yang tersusun dengan teknik pngajuan yang tepat dapat meningkatkan prestasi siswa dalam proses belajar mengajar, membangkitkan minat dan rasa ingin tahu siswa terhadap mata pelajaran yang sedang dihadapi serta memusatkan perhatian siswa terhadap mata pelajaran yang sedang dibahas

E.       Media Pembelajaran
Media merupakan alat untuk membantu kelancaran suatu proses pembelajaran. Media dapat dibedakan menjadi beberapa macam, yaitu :
1.      Media sederhana
Kreatifitas guru dalam mengembangkan dan memanfaatkan semaksimal mungkin berbagai media sederhana diharapkan akan sangat membantu bangsa ini memiliki pendidikan nasional yang berkualitas dengan keunggulan kompetitif dan komparatif dengan bangsa lain.pengembangan media sederhana setidaknya mampu merspons secara proaktif berbagai perkembangan informasi ilmu pengetahuan, tekhnologi, dan seni.salah satu alasan perlunya media sederhana adalah keyakinan bahwa penggunaan media yang sesuai dengan materi pelajaran dan karaktersitik anak didik mampu memberikan suatu pengalaman baru yang bisa mengubah perilaku (pengetahuan, nilai – nilai atau suatu kecakapan). Melalui pemakaian media sederhana diharapkan imajinasi anak terangsang, perasaannya tersentuh, dan terjadi pemahaman secara mendalam, sehingga mampu memahami, mengingat, dan melakukan sesuatu yang diajarkan dengan baik, dapat mengoptimalisasikan panca indera anak dalam belajar.
Media sebagai bagian atau komponen proses komunikasi diyakini oleh banyak ahli sebagai jawaban terhadap masalah yang dihadapi dalam proses belajar mengajar. Oleh karena itu selayaknya para guru memiliki ide, gagasan, dan kreatifitas setiap saat ketika akan merencanakan dan menjelaskan pelajaran. Guru hendaknya menyadari bahwa media pembelajaran adalah sarana informasi atau peralatan yang dapat digunakan untuk menjelaskan, mendeskripsikan, mendemonstrasikan, menganalisis berbagai macam materi pelajaran.
Dalam kaitannya dengan ragam media, kita mengenal berbagai macam bentuk media, yaitu : media tradisional, media elektronik, papan tulis hingga computer, media yang bisa dibeli di toko, media yang dibuat sendiri dari yang harga mahal sampai yang harga murah. Bagi para ilmuwan dan pendidik, tumbuhan hidup juga bisa bermanfaat dalam menjelaskan peristiwa alam. Oleh karena itu tumbuhan hidup bisa dijadikan media sederhana dengan alasan sebagai berikut: (1) pengintegrasian materi lokal, (2) meningkatkan daya tarik mata pelajaran IPA, (3) meningkatkan kesadaran tentang lingkungan hidup yang sehat, (4) pengenalan dan penghargaan adanya berbagai keanekaragaman sumberdaya alam hayati di Indonesia, (5) meningkatkan kreatifitas dan imajinatif anak didik.
Jika guru sering menggunakan sarana pembelajaran berupa media nyata misalnya tumbuhan, maka anak didik akan mampu mencerna materi pelajaran yang relevan dengan lebih baik, dan akan mempengaruhi seluruh kegiatan anak didik.
Selain tumbuhan yang dapat dijadikan media pembelajaran, ada juga yang dapat dijadikan media pembelajaran yaitu barang bekas dapat dijadikan media sederhana, seperti sampah kertas, kaos kaki bekas, dan sebagainya. Media pada intinya adalah memberikan kemudahan pada menyampikan pelajaran kepada siswa. Hal itu berarti media yang kita bgunakan untuk kepentingan siswa
Kelebihan dari media sederhana, yaitu: (1) harganya murah, (2) mudah didapat dari lingkungan, (3) mudah dalam pembuatan, dan sebagainya.
Tujuan menggunakan media dalam proses belajar mengajar yaitu :
a.       Menghilangkan verbalisme
b.      Melatih daya ingat siswa dari tidak tahu menjadi tahu
c.       Memotivasi gairah belajar siswa
d.      Melatih panca indera siswa
e.       Meningkatkan keaktifan dan kreativitas siswa
f.       Untuk mempermudah menangkap materi pelajaran
g.      Untuk menjelaskan materi pelajaran
h.      Untuk mewakili benda yang sebenarnya

H.      Penelitian Tindakan Kelas
Penelitian tindakan kelas adalah penelitian yang dilakukan oleh guru di dalam kelasnya sendiri melalui refleksi diri dengan tujuan untuk memperbaiki kinerjanya sebagai guru sehingga hasil belajar siswa menjadi meningkat.
Menurut Carr & Kemmis (2009: 14) menjelaskan pengertian ide PTK adalah:
1.    Penelitian Tindakan adalah satu bentuk inquiri atau penyelidikan yang dilakukan melalui refleksi diri
2.    Penelitian tindakan dilakukan oleh peserta yang terlibat dalam situasi yang diteliti seperti guru, siswa, atau kepal sekolah.
3.    Penelitian Tindakan dalam situasi social, termasuk situasi pendidikan.
4.    Tujuan penelitian tindakan adalah memperbaiki ; dasar pemikiran dan kepantasan dari praktik – praktik, pemahaman terhadap praktik tersebut, serta situasi atau lembaga tempat praktik tersebut dilaksankan.

 Untuk dapat melaksanakan penelitian tindakan kelas, seorang guru dapat melaksanakan proses pengkajian yang terdiri dari empat tahap, yaitu: merencanakan, melakukan tindakan, mengamati, dan melakukan refleksi. Penelitian tindakan kelas bermanfaat bagi:
1.      Bagi Guru
a.       Untuk memperbaiki pembelajaran yang dikelolanya.
b.      Untuk mengembangkan profesi dan memperbaiki pembelajaran yang dikelolanya
c.       Memupuk percaya diri
d.      Mendapat kesempatan untuk berperan aktif mengembangkan pengetahuan dan keterampilan sendiri
2.      Bagi Pembelajaran / Siswa
a.       Memperbaiki praktik pembelajaran (Raka Joni, Kardiawarman, & Hadi Subroto, 1998: 76)
b.      Memperbaiki hasil belajar siswa.
3.      Bagi Sekolah
a.       Meningkatkan kualitas pendidikan di sekolah tersebut
b.      Sekolah mempunyai kesempatan besar berkembang secara pesat
c.       Menumbuhkan iklim kerjasama yang kondusip untuk memajukan sekolah
d.      Strategi dan tekhnik pembelajaran akan berhasil
e.       Member sumbangan yang positif bagi peningkatan profesionalisme guru, perbaikan proses dan hasil belajar siswa

3.    Pengamatan
Berdasarkan hasil diskusi dengan teman sejawat mengenai temuan selama melakukan pengamatan terhadap proses perbaikan pembelajaran IPA pada :
1)   siklus I Mata Pelajaran IPA (Eksak)
Pelaksanaan tindakan perbaikan pembelajaran tergolong belum berhasil, sebab masih ada beberapa siswa yang hasilnya di bawah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). Hal ini dapat ditunjukandengan perolehan pada siklus I dari 27 orang siswa yang mendapat nilai 100 ada10 orang siswa, yang mendapat nilai 80 sebanyak 5 orang siswa, nilai 60 sebanyak 4 orang siswa, nilai 40 sebanyak 6 orang, dan nilai 20 sebanyak 2 orang siswa. Secara keseluruhan siswa yang mendapat nilai di atas KKM sebanyak 15 orang ,sekitar 55, 56 %.sedangkan siswa yang mendapat nilai di bawah KKM sebanyak 12 orang siswa, sekitar 44, 44 %.Dengan demikian penulis merencanakan untuk melakukan perbaikan pembelajaran Siklus II.
2)   Siklus II Mata Pelajaran IPA (Eksak)
Temuan yang diperoleh pada siklus II yaitu aktivitas siswa pada waktu proses perbaikan pembelajaran semakin meningkat, dalam pelaksanaan perbaikan pembelajaran siswa terlibat aktif untruk mengerjakan soal latihan pada lembar kerja siswa. Hasil yang diperoleh pada siklus II sangat memuaskan karena dari 27 orang siswa jumlah siswa yang memperoleh nilai di atas KKM sebanyak 25 orang sekitar 92,59 %. Tetapi masih ada dua orang siswa yang mendapat nilai di bawah KKM sekitar 07,41 %, maka penulis menyimpulkan bahwa hasil perbaikan pembelajaran IPA tentang alat pencernaan manusia sudah dianggap berhasil.
Berdasarkan hasil diskusi dengan teman sejawat mengenai temuan selama melakukan pengamatan terhadap proses perbaikan pembelajaran IPS pada siklus I guru menjelaskan materi secara jelas dengan bahasa yang dipahami anak, perhatian siswa sangat antusias terhadap penjelasan guru, keberanian siswa untuk bertanya dan menjawab pertanyaan menjadi meningkat.Dengan demikian hasil yang diperoleh siswa menjadi meningkat, jumlah siswa yang mendapat nilai di atas KKM sebanyak 25 orang siswa sekitar 92,59 %. Jumlah yang mendapat nilai di bawah KKM sebanyak 2 orang siswa sekitar 07,41 %. Menyikapi hasil evaluasi yang diperoleh siswa pada siklus I tergolong berhasil.

4.    Refleksi
Berdasarkan diskusi dengan teman sejawat dan supervisor, pembelajaran yang dilaksanakan sudah menunjukkan adanya perbaikan nilai dari siklus pertama dan kedua. Hal ini ditunjukkan dengan hasil perolehan nilai siswa yang menggambarkan penguasaan siswa terhadap materi pelajaran mengalami peningkatan yang cukup bagus baik pada siklus pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam maupun pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial.
Dari hasil temuan perbaikan pembelajaran diperoleh informasi bahwa melalui metode, penggunaan media pembelajaran serta keberanian siswa untuk bekerja kelompok, mengeluarkan pendapat dan penguasaan siswa terhadap materi pembelajaran.

5.    Keberhasilan dan kegagalan
a.    Keberhasilan
1)      Dengan penggunaan metode, media serta dengan penggunaan alat peraga dan pemberian contoh konkrit berhasil  meningkatkan penguasaan  siswa terhadap materi yang dipelajari. Penggunaan metode serta media pembelajaran   tersebut juga berpengaruh positif terhadap pemahaman siswa karena mereka terlibat secara langsung  dalam pembelajaran untuk menemukan konsep yang dipelajari
2)      Menemukan hal-hal yang harus dilakukan dan diperhatikan dalam pembelajaran yang berguna untuk pelaksanaan siklus berikutnya
3)      Dengan menyampaikan pembelajaran secara sistematis, memberikan penguatan, dan motivasi kepada siswa  dalam pembelajaran  berhasil meningkatkan penguasaan  siswa terhadap materi yang dipelajari.
4)      Menemukan hal-hal yang harus mendapat perhatian khusus dalam  pembelajaran yang berguna untuk pelaksanaan siklus berikutnya
b.    Kegagalan
1)      Masih ada siswa yang terlihat pasif untuk mengajukan pertanyaan dan menjawab pertanyaan yang dilontarkan guru. Dalam menjawab pertanyaan kadang-kadang masih ragu-ragu
2)      Guru menjadi bingung antara tugas meneliti dan tugas mengajar. Selain itu kegiatan perbaikan pembelajaran melibatkan banyak siswa dan susah mencari alat observasi yang tidak mengganggu siswa dalam waktu belajar
3)      Masih ada siswa yang belum serius dalam mengikuti pelajaran yang disampaikan
4)      Guru menjadi direpotkan oleh tugas meneliti sehingga  tugas mengajar sedikit terabaikan

B.       Pembahasan
Berdasarkan rekapitulasi nilai IPA sebelum diadakan perbaikan pembelajaran rata – rata nilai siswa 62,22 %, maka praktikan berupaya mengadakan perbaikan pembelajaran IPA pada:
1.    Siklus I tentang alat pembiasan cahaya sebagai bukti bahwa praktikan berhasil dapat dilihat dari hasil belajar siswa yang sudah mendapat nilai 70 ke atas dari 12 orang siswa (44,44%) , pada siklus I meningkat sebanyak 15 orang siswa (55,56 %). (lihat Tabel 4.3)
2.    Perbaikan pada siklus II melanjutkan perbaikan pembelajaran siklus I, adapun kegiatan yang dilakukan adalah  menjelaskan kembali materi tentang pembiasan cahaya dan memberikan kesempatan kepada siswa mencoba untuk menggunakan alat peraga, juga kesempatan bertanya diberikan kepada siswa seluas mungkin. Upaya perbaikan ini sudah dianggap berhasil karena telah menjacapai 88,15 %..(lihat Grafik 4.1). Berdasarkan hasil penelitian di atas diperoleh kesimpulan bahwa penggunaan metode percobaan dapat meningkatkan anak untuk lebih kreatif, member pengelaman langsung dalam belajar. Hal ini sesuai dengan pendapat Nurhadi (1998: 201)
3.    Siklus I (Non Eksak)
Pelaksanaan pembelajaran pada pelajaran IPS tentang materi menghargai jasa-jasa tokoh pesiapan kemerdekaan pada siklus I kegiatan yang dilakukan adalah menjelaskan materi, mengadakan Tanya jawab dan memberikan soal pada lembar kerja siswa, maka hasil yang diperoleh dalam pembelajaran ini yang mendapat nilai di atas KKM sebanyak 71,85 %. Dalam hal ini pelaksanaan perbaikan pelajaran IPS belum dikatan berhasil, maka dilaksanakan sikulus 2 (lihat Tabel 4.6)
4.    Siklus 2(Non Eksak)
Perbaikan pada siklus II melanjutkan perbaikan pembelajaran siklus I, adapun kegiatan yang dilakukan adalah  menjelaskan kembali materi tentang pembiasan cahaya dan memberikan kesempatan kepada siswa mencoba untuk menggunakan alat peraga, juga kesempatan bertanya diberikan kepada siswa seluas mungkin. Upaya perbaikan ini sudah dianggap berhasil karena telah mencapai 84,44 % (lihat Tabel 4.7)
Pada setiap siklus baik IPA maupun IPS ditemukan terjadinya perubahan hasil, sebagai akibat dari penyusunan rencana perbaikan pembelajaran yang matang dan dibantu oleh alat peraga, metode yang tepat sesuai dengan materi, sehingga anak dapat terangsang selama proses belajar mengajar berlangsung, Nurhadi (1996: 16)
























BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

A.      KESIMPULAN
Dari hasil kegiatan penelitian perbaikan pembelajaran yang telah dilaksanakan, maka diperoleh kesimpulan:
1.      Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam
a.       Penggunakan media langsung pada konsep pembiasan cahaya dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada materi pelajaran IPA di Kelas V
b.      Dengan menggunakan metode percobaan, proses pembelajaran menjadi meningkat
c.       Penggunaan media dan metode yang tepat pada pembelajaran IPA, membawa proses kegiatan belajar mengajar menjadi aktip, sehingga siswa termotivasi untuk selalu berekplorasi.
d.      Penjelasan materi yang sistematik, jelas, mudah dimengerti siswa
e.       Dengan penggunaan metode dan media yang tepat pada pembelajaran IPA, mendorong siswa untuk aktif berdiskusi untuk memudahkan berbagai persoalan dan pelajaran
2.      Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial
Melalui penggunaan metode tanya jawab pada konsep menghargai jasa tokoh dalam mempersiapkan kemerdekan di kelas V, maka diperoleh kesimpulan:
a.       Hasil belajar siswa menjadi meningkat
b.      Keaktifan siswa dapat lebih optimal apabila guru dalam mengajarkan menggunakan metode Tanya jawab
c.       Siswa akan lebih antusias dalam belajar jika siswa lebih terlibat dalam kegiatan pembelajaran diskusi dan kerja kelompok
d.      Penggunaan metode percobaan dengan media langsung, siswa menjadi aktif dalam belajar
e.        Bimbingan kelompok kecil lebih efektif dibanding bimbingan kelompok besar.
f.       Dengan metode Tanya jawab, suasana kelas pada saat proses kegiatan belajar berlangsung menjadi lebih hidup
g.      Pengisian lembar kerja siswa pada diskusi kelompok, akan lebih menggali pemahaman siswa tentang konsep menghargai jasa tokoh dalam mempersiapkan kemerdekan di kelas V

B.       SARAN
Berdasarkan kesimpulan di atas, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan baik guru, peneliti maupun sekolah agar proses pembelajaran berlangsung dengan baik dan sesuai dengan tujuan,  antara lain adalah:
a.    Bagi guru
1)        Dalam mengunakan metode perlu sesuai dengan tujuan, materi serta karkateristik anak
2)        Memberikan pertanyaan hendaknya ditujuan kepada seluruh siswa dengan suara yang lebih jelas
3)        Perbanyak wawasan siswa dengan memperbanyak mengajukan pertanyaan dengan variasi soal, jelas, valid dan spesifik tidak membingungkan siswa
4)        Persiapan alat peraga yang akan digunakan untuk memperjelas materi yang akan disampaikan
5)        Gunakan metode yang variatif dalam pembelajaran
6)        Berilah contoh yang bertahap supaya siswa lebih memahami materi pembelajaran
7)        Gunakan media / alat peraga yang sesuai dengan materi supaya menarik
8)        Melakukan pembelajaran dalam kelompok kecil yang diperoleh tutor sebaya
9)        Melakukan bimbingan kelompok kecil
b.    Bagi peneliti
1)        Harus tanggap terhadap masalah yang timbul pada proses pembelajaran di kelas
2)        Peneliti harus mengetahui kondisi siswa pada saat proses pembelajaran berlangsung
3)        Peneliti dituntut terampil menggunaan metode dan media yang tepat pada saat penelitian perbaikan pembelajaran berlangsung
4)        Peneliti harus memahami peranan serta fungsi metode dan media pada saat perbaikan berlangsung, sehingga tujuan perbaikan pembelajaran dapat tercapai secara optimal.
c.    Bagi sekolah
Untuk meningkatkan kemapuan professional guru, perlu diadakan kelompok kerja diantara guru sebagaia sarana untuk saling berinteraksi, bertukar pikiran dan pengalaman dalam menyelesaikan masalah yang ditemuinya setiap hari. Juga kepada pihak – pihak terkait perlu kiranya diperhatikan mengenai pengadaan sarana dan prasarana yang dapat membantu meningkatkan mutu pembelajaran